Ananda’s Neo Zen Reiki (2) – Teknik Penyembuhan Alami

Kemarin kita telah berbicara sedikit tentang Reiki, dan sekarang kita mulai masuk ke Ananda’s Neo Zen Reiki, teknik yang telah saya praktekkan sejak tahun 2005 lampau.

Ananda’s Neo Zen Reiki dikembangkan oleh Bapak Anand Krishna dari Reiki yang ditemukan oleh Sensei Usui. Inilah yang menyebabkan Ananda’s Neo Zen Reiki sangat unik. Saya pribadi merasa sangat beruntung mendapatkan attunement Ananda’s Neo Zen Reiki.

Keunikan yang pertama dari Ananda’s Neo Zen Reiki adalah asal-usulnya. Pak Anand Krishna pernah berkesempatan secara tidak sengaja, mendapatkan informasi dari lontar kuno tentang simbol-simbol Reiki – padahal saat itu beliau belum mengenal apa itu Reiki (cerita lengkapnya, lagi-lagi bisa dibaca di buku “Seni Memberdaya Diri 1”). Ketika beliau akhirnya memutuskan untuk ikut attunement Reiki dan kemudian mengembangkannya, beliau menggunakan pengetahuan dari lontar kuno tersebut untuk melengkapi the missing link dalam Reiki!

Keunikan yang kedua adalah filosofinya, yang terkandung dari nama Ananda’s Neo Zen Reiki. Ananda berarti bliss, kebahagiaan kekal abadi. Neo berarti baru, karena teknik ini dikembangkan dari improvisasi dengan semangat baru. Zen mewakili semangat meditasi, karena Reiki ditemukan oleh Sensei Usui sesudah beliau bermeditasi. Saya terkagum-kagum dengan namanya: Ananda’s Neo Zen Reiki, Reiki dengan racikan baru, dengan semangat meditatif sebagai sarana untuk tujuan akhir berupa bliss, kebahagiaan kekal abadi.

Keunikan yang terakhir adalah pencetusnya, Bapak Anand Krishna. Kenapa? Silakan baca buku-buku dan kisah hidupnya, dan teman-teman pasti paham alasannya. Dalam kaitan dengan Neo Zen Reiki, adalah filosofi di baliknya serta kisah sembuhnya seorang Anand Krishna, yang membuat ceritanya unik!

Tidak Ada Efek Samping bagi Praktisi

Saat saya mulai menekuni Ananda’s Neo Zen Reiki pada tahun 2005, tanggapan keluarga saya waktu itu adalah, “Hati-hati, ngapain sih belajar begituan? Dalam mengobati pasien, bisa-bisa penyakitnya malah menulari kamu lho!”. Tidak heran, tentunya banyak di antara kita yang pernah mendengar tentang praktisi-praktisi tenaga dalam yang terkuras energinya dan kadang malah sakit sang pasien berbalik pada para praktisi tenaga dalam tersebut.

Saya pribadi harus menjelaskan pada keluarga tentang prinsip Ananda’s Neo Zen Reiki yang sangat alamiah dan pasrah. Dan penjelasannya akan saya bagikan pada tulisan ini.

Mula-mula saya akan berbagi sedikit tentang Chi, prana, energi kehidupan yang senantiasa ada dalam alam ini. Seperti halnya hukum fisika menyatakan bahwa energi tidak pernah musnah, tidak bisa diciptakan dan dihancurkan, hanya sekedar berubah wujud. Hukum fisika ini sangat cocok dengan konsep yang dianut oleh para praktisi Reiki, bahwa energi kehidupan senantiasa ada di alam ini. Mengalir di setiap makhluk, bahkan apa yang kita sebut benda mati sekalipun.

Energi kehidupan tersebut mengalir ke dalam tubuh manusia dan mengalir ke luar pula, persis seperti aliran air. Masuk dan keluar secara alami. Nah, pada para praktisi Reiki, aliran energi inilah yang dimanfaatkan untuk keperluan penyembuhan dan lain-lain hanya dengan berpasrah, membiarkan energi tersebut mengalir melalui dirinya, DIRINYA HANYALAH PERANTARA. Para praktisi Reiki ibarat pipa yang membiarkan air mengalir melalui dirinya.

See the point?

Ia harus berpasrah dan ia bukan pelaku, hanya perantara. Jika ia hanya perantara, apakah ia akan kelelahan dan terkuras energinya? Tentu tidak bukan.

Bila ia hanyalah perantara, maka alamlah yang bekerja melalui dirinya. Dengan demikian, risiko bahwa penyakit akan berbalik pada dirinya pun tidak akan terjadi.

Dengan penjelasan seperti itulah, saya meyakinkan keluarga saya bahwa tidak akan ada efek samping berbahaya yang akan terjadi pada diri saya akibat mempraktekkan Reiki. Malahan, dengan rutin mempraktekkan Reiki pada pasien, saya pun mendapatkan manfaat berlimpah karena energi alam mengalir melalui diri saya. Sungguh tepat sesuai dengan ungkapan “Ia yang berbagi, tidak akan kekurangan dan senantiasa berkelimpahan.”

Nah, sampai di sini dulu ya. Kita lanjutkan di tulisan berikutnya!