Pulang ke Pontianak beberapa hari silam untuk merayakan Sin Cia (awal Tahun Baru Imlek) dan bertemu teman-teman lama – beberapa bahkan sudah kenal saya sejak SD – memunculkan beberapa pertanyaan dari teman-teman terkait profesi saya sekarang ini.

Cukup banyak dari mereka yang heran dengan profesi saya sekarang ini yang salah satunya adalah hipnoterapis, dan tentu saja muncul pertanyaan, “Seperti apa sih hipnoterapi itu?” Maka saya pun menjawab dengan menceritakan beberapa kasus yang pernah saya tangani.

Salah satu cerita yang saya bagikan adalah pengalaman menangani karib saya, Su Rahman, seorang penulis puluhan buku IT yang sangat ramah dan tidak pelit ilmu. Setelah saya meminta izin dari dia, barulah saya berani menulis cerita ini. Semoga bermanfaat!

SAKIT BERKEPANJANGAN DI BAGIAN RAHANG

Sakit berkepanjangan di bagian rahang, itulah masalah yang dihadapi oleh Mas Su Rahman. Mas Su Rahman sudah bolak-balik ke dokter, dengan diagnosis yang berganti-ganti. Mulai dari masalah gigi, sampai diagnosis bahwa ada syaraf yang terjepit di sekitar rahangnya dan harus dioperasi.

“Bantuin y, Bro. Siapa tahu bisa selesai dengan hipnoterapi?” demikian permintaan Mas Su Rahman pada saya. Karena satu dan lain hal, dimana kami jarang sekali bertemu, saya sampai lupa akan permintaan tersebut. Untungnya di bulan November 2015, saya dan Mas Su Rahman sama-sama mengikuti retreat ZEN di One Earth Retreat Centre. Nah, di sela-sela retreat ZEN tersebut, saya berkesempatan memberikan hipnoterapi kepada Mas Su Rahman.

“Ok, silakan berbaring rileks santai, Mas. Pejamkan mata dan biarkan saya memandu,” demikian saya memberikan instruksi pada Mas Su Rahman. Saya meminta dia untuk merilekskan semua anggota tubuh dan semakin rileks santai. Untungnya, Mas Su Rahman adalah praktisi meditasi, sehingga lebih gampang memandu hipnoterapi pada beliau. (Mas Su Rahman adalah peserta kelas meditasi di Anand Ashram).

Berikutnya adalah saya meminta Mas Su Rahman untuk menjadi peka terhadap rasa nyeri di bagian tubuhnya. Ajaibnya, bukan rasa sakit di rahang yang terasa, melainkan rasa sakit di bagian belakang kepala, di sekitar pangkal leher. Saya mulai berpikir, “Mungkin ada akar sakit di pengalaman silam, mungkin butuh regresi.”

MENUJU TAHUN-TAHUN YANG BERLALU

Dan, mulailah saya memandu Mas Su Rahman untuk melakukan regresi, alias perjalanan mundur. Pelan-pelan, saya mulai meminta untuk mundur. “Baik, sekarang Anda rileks santai, mari kita mundurkan kondisi fisik Anda ke 1 tahun silam dalam hitungan 3-2-1. Saya ulangi, kita akan mundur 1 tahun dalam hitungan 3-2-1. Tiga, Dua, Satu.” Setelah itu, saya bertanya pada Mas Su Rahman, “Apakah masih terasa sakit?” dan ternyata dia menjawab dengan anggukan kepala: “Ya”.

Maka saya memandu lagi untuk mundur lagi menjadi 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun, ternyata rasa sakitnya masih muncul. Dalam benak saya berpikir, jika sudah ke 10 tahun, maka mungkin harus saya loncati ke 15 dan 20 tahun lalu.

Perjalanan mundur pun kembali saya lakukan. 6 tahun, 7 tahun, 8 tahun, dan 9 tahun lalu. Sesuatu yang ajaib terjadi! Mas Su Rahman ternyata tidak merasa sakit di tahun ke-9! Berarti ada sesuatu di tahun ke-8 dan 9. Tapi apakah saya boleh membangunkan Mas Su Rahman sekarang? Tentu tidak, karena sekarang mode tubuhnya adalah mode tubuh 9 tahun lalu, ini bisa berakibat jelek.

Lantas apa yang bisa dilakukan? Saya memandu Mas Su Rahman untuk mencari akar penyebab masalahnya di antara tahun 8-9, dan ternyata memang ada sesuatu. “Apa yang Anda lihat, dengar, rasakan?” Jawabnya: “Gelap, takut, teralis.” Dan berikutnya saya memandu dia untuk melepaskan endapan emosi tersebut dengan cara khusus.

Setelah endapannya cukup bersih, saya memandu Mas Su Rahman untuk melakukan perjalanan kembali ke saat ini dan membuka mata.

Saya bertanya pada dia apakah ada pengalaman di 8-9 tahun silam? Dia malah bertanya balik 8-9 tahun silam itu tahun berapa, dan saya jawab sekitar tahun 2006-2007. Sambil mengingat-ingat dia menjawab, “Itu tahun ketika saya sakit paru-paru. Dan saya tidak ingat ada pengalaman seperti itu.”

HASILNYA: KONSUMSI PAINKILLER TURUN 90%

Saya ada masalah syaraf di pipi kanan, yang rasa sakitnya seperti sakit gigi akut. Sangat menyiksa! Berulang kali diperiksakan ke dokter, tetap saja saya harus mengandalkan pain killer.

Akhirnya saya mencoba meminta bantuan Mas Haryadi (IU) untuk mengatasi masalah tersebut. Disepakati bahwa akan dicoba dengan metode hipnoterapi untuk mengetahui akar permasalahan dan mengatasinya.

Sesi hipnoterapi pun berlangsung kurang lebih satu jam (saya pun kaget karena rasanya seperti hanya 15 menit). Selama proses tersebut, saya dibawa mundur ke beberapa tahun silam untuk mengetahui dimana akar rasa sakit ini berasal. Ajaib! Seperti perjalanan waktu! Dan ternyata ketemu akar masalahnya! Oleh Mas Haryadi, saya dipandu untuk melepaskan akar sakitnya.

Hasilnya: setelah diterapi, rasa sakit yang menyiksa itu berangsur berkurang. Dan konsumsi pain killer pun mulai berkurang, saya senang sekali! Semoga kesehatan saya semakin baik dan baik!

Pelajaran yang sangat menarik sekali dari Mas Su Rahman, saya menarik beberapa pelajaran:

  1. Praktisi Meditasi  lebih gampang dipandu untuk hipnoterapi dan mendapatkan manfaatnya.
  2. Mind (gugusan pikiran dan perasaan manusia) ternyata super ingat, walau kita sudah lupa pengalamannya, ternyata bisa membekas jadi sakit di fisik.

Saya teringat suatu kutipan dari Bapak Anand Krishna:

Kelemahan sekaligus kekuatan manusia adalah pikirannya, mind-nya (gugusan pikiran dan perasaan). Mind manusia merupakan alat perekam yang super canggih. Sesuatu yang terekam pada pita mind tidak gampang dihapus. Selanjutnya rekaman itu adalah menentukan kualitas hidup Anda.

Anand Krishna, Humanis, Penulis Produktif, Pencipta Program Neo Self Empowerment

Demikian sharing saya, semoga bermanfaat dan menginspirasi teman-teman sekalian.