Konon, itulah motto dari Socrates, yang dalam bahasa Indonesianya: “Satu-satunya hal yang saya tahu adalah bahwa saya tidak tahu apa-apa”. Itulah jawaban dari Socrates terhadap pernyataan dari Oracle dari Delphi – sosok yang dirujuk oleh seluruh masyarakat Athena karena sang Oracle merupakan medium dari dewa-dewi, representasi dari kebijaksanaan alam – yang menjawab bahwa “Tidak ada manusia yang lebih bijak dari Socrates.”

Sejak mengetahui motto tersebut dari zaman kuliah – kalau tidak salah, waktu itu saya sudah ikutan Biro Pers KinetikA, yang pengalamannya akan saya ceritakan kapan-kapan – saya menjadikan motto tersebut sebagai motto pribadi. Alasannya sederhana: bila Socrates yang super bijak saja masih bilang dia tidak tahu apa-apa, lantas siapa saya?

Izinkan saya bercerita sedikit tentang Socrates. Kisahnya saya dapatkan dari internet dan dari Pak Anand Krishna –tentunya rekan-rekan pembaca pasti kenal Pak Anand Krishna, salah satu penulis paling produktif di Indonesia, 150 buku dalam rentang sekitar 20 tahun. Socrates konon adalah orang yang seperti kurang kerjaan. Tiap hari, Socrates akan berdiri di jalanan, dan menanyai orang-orang yang lewat dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana tapi sebenarnya sulit dijawab: “Siapa kamu?”, “Kamu lagi ngapain? Mengapa kamu lakukan itu?”, dan pertanyaan-pertanyaan yang akan membuat kening berkerut.

Cerita lainnya tentang Socrates adalah saat muridnya bertanya tentang pernikahan kepadanya. Kurang lebih begini.
Murid : Guru, apa pendapatmu tentang pernikahan, tentang perkawinan?
Socrates : Oh, jelas! Semua orang harus kawin!
Terang saja murid-muridnya heran. Maklum, tidak hanya Socrates yang terkenal. Istrinya pun terkenal, terkenal galak! Konon, Socrates pernah disiram dengan air panas karena Socrates sedang asyik mikir dan tidak menjawab ketika dipanggil oleh sang istri.
Murid : Lho? Tapi kenapa guru?
Socrates : Sederhana saja. Jika kau kawin dengan seorang wanita yang baik, maka kau akan hidup bahagia!
Jika kau kawin dengan wanita seperti istriku, kau akan menjadi sepertiku, seorang filsuf!

Itulah Socrates, yang lucu-lucu menyebalkan. Akhir hidupnya sendiri cukup tragis. Socrates dihukum mati dengan minum racun – mungkin karena orang-orang yang sebal ditanyaiin oleh Socrates dan kelompok istri-istri yang mengusulkan hal tersebut. hahahahahikshiks – oleh penguasa. Tapi Socrates dengan gagah berani, tenang, dan tersenyum, meminum racun tersebut, padahal Socrates bisa saja kabur dengan menyuap para penjaga. Saat mau mati pun, ketika racun sudah hampir melumpuhkan jantungnya, Socrates masih sempat-sempatnya bercanda: “Crito, kita berutang satu ekor ayam jago pada dewa Asclepius. Jangan lupa dibayar ya!”

Socrates akhirnya terus hidup sampai saat ini. Pemikirannya, keberaniannya, keteguhannya, selera humornya, dan motto hidupnya terus hidup lewat berbagai cerita. Mudah bagi saya untuk mencuplik satu kalimat “Satu-satunya hal yang saya tahu adalah bahwa saya tidak tahu apa-apa” tetapi menjalankannya bukanlah hal yang mudah. Mudah bagi saya untuk mengutip cerita lucu dari Socrates, tetapi memiliki positive attitude ala Socrates, bukanlah hal yang mudah. Socrates bisa menertawakan kegagalan pernikahannya tetapi tetap memberikan pelajaran bagi murid-muridnya. Socrates bisa kelihatan bodoh padahal pertanyaan sederhana saja belum tentu bisa kita jawab. Socrates menghadapi kematian dengan gagah berani & bahkan sempat bercanda dengan temannya sebelum ajal menjemput. Itulah kualitas Socrates.

Wahai Socrates, izinkan saya belajar dari sikap hidupmu, minimal mottomu “Satu-satunya hal yang saya tahu adalah bahwa saya tidak tahu apa-apa”! Setidaknya dengan cara demikian, saya akan tetap haus dan rendah hati, senantiasa belajar terus-menerus karena memang pelajaran selalu ada. Dengan cara demikian, saya tidak akan sombong karena tahu sesuatu karena toh sebenarnya saya tidak tahu apa-apa.
Membaca tentang Socrates, saya teringat tentang kisah-kisah serupa yang terjadi. Kisah-kisah tentang mereka yang berbeda sehingga dianggap perlu disingkirkan.

Socrates? Disuruh minum racun.
Konfusius? Tidak ada negara yang mau menggaji beliau sebagai penasihat karena filosofinya tentang moralitas.
Yesus? Beliau disalibkan.
Al-Hallaj? Dipenggal

Masih banyak sekali daftarnya. Menarik sekaligus ironis? Apakah seorang berkualitas Socrates terlalu berbahaya?
Mungkin. Sangat mungkin. Karena Socrates membuat kita bertanya, membuat kita kritis. Dan pemerintah Yunani saat itu kelimpungan dengan aktivitas Socrates yang dianggap meracuni pikiran generasi muda Yunani – akhirnya toh pemerintahan saat itu tumbang, sementara pemikiran Socrates tetap bertahan hingga saat ini.

Yak! Cukup dulu tulisan kali ini.

Mari menerapkan motto Socrates!
Satu-satunya hal yang saya tahu adalah bahwa saya tidak tahu apa-apa!

PS. Cek video ini: http://www.youtube.com/watch?v=anjGKzTtvio dan http://www.youtube.com/watch?v=8JglZ_0-s5E . Anda akan paham tulisan saya yang bold-italic di atas.