Tulisan ini adalah pengalaman pribadi. Jadi kalau merasa kurang cocok, silakan diabaikan ya. Kalau dibaca dan rasanya masuk akal, silakan dicoba.
Saat kita benar-benar amat sangat lapar, tetapi harus menunda makan, dan akhirnya tibalah saat untuk makan….
Ada yang bisa membayangkan kalimat di atas. Kadang-kadang ada kejadian seperti itu yang terjadi pada kita, saat jam makan, karena ada pekerjaan atau hal lain, maka kita tidak sempat makan. Tertundalah selama 1, 2, 3, atau mungkin 4 jam. Perut sudah semakin lapar (atau kadang laparnya malah tidak terasa lagi), atau bahkan ada yang pusing karena masuk angin atau gula darahnya turun. Laparnya menyiksa!
Dan akhirnya tibalah saat untuk makan, memuaskan rasa lapar! Wah!!!
Segera saja, memesan makanan dalam porsi besar, dan langsung disantap! Woits! Apa yang terjadi? Di tengah makan, tiba-tiba terasa eneg dan rasanya tidak sanggup menghabiskan makanan tersebut. Atau mungkin ada yang berhasil menghabiskan, tetapi malah berujung pada sensasi yang tidak enak di perut.
Apa yang terjadi?
Kalap dan Khilaf
Nah, kata kalap dan khilaf sangat tepat menggambarkan keadaan kita saat buru-buru makan tersebut. Dan berujung pada penyesalan (entah karena gagal diet, atau gagal menghabiskan makanan, atau terasa sensasi tidak enak di perut).
Kalap: langsung sikat karena sangat lapar! Memesan atau mengambil makanan ini dan itu sebanyak-banyaknya.
Khilaf: sudah tahu perut dan tubuh bakal kaget (karena sudah pernah sebelumnya), eh masih juga diulangi.
Tidak heran bila makanan jarang bisa habis, entah karena porsinya terlalu banyak atau sudah merasa eneg. Ditambah lagi perut yang terasa melilit atau begah. Selanjutnya mungkin ada yang berkomentar: “Tuh kan! Udah dibilangin berkali-kali, jangan makan cepat-cepat! Mana pesennya banyak tapi ga abis! bla-bla-bla….”
Yang Berhasil untuk Saya!
Beberapa hari terakhir, saya mencoba melakukan sesuatu, tambahan ritual sebelum makan. Hal yang sebenarnya sudah saya tahu sejak dulu, tetapi tidak pernah dilakukan. Memang manusia itu, hanya ada 3 kemungkinan: tidak tahu, lupa, atau ya sudahlah. Hahaha. Akhirnya saya praktekkan demi niat bersahabat dengan tubuh. Sampai kapan mau memaksa perut bekerja keras?
Tekniknya sederhana sekali: Bernafas santai sebelum dan sesudah makan! 1-2 menit saja! Bagi yang sudah menguasai nafas perut, silakan gunakan teknik nafas perut. Intinya adalah membuat tubuh dan pikiran rileks dulu sebelum makan. Ditambah meniatkan agar perut bisa mencerna makanan dengan baik. Silakan boleh dilakukan sambil doa makan (boleh sebelum atau setelah doa makan).
Pada saya pribadi, cukup rileks dan bernafas santai kurang-lebih 1 menit saja, sudah cukup untuk membuat tubuh dan pikiran rileks sehingga tidak kalap dan khilaf. Makan tenang dan perut pun nyaman.
Mau coba?
PS. Ini bukan tips diet, tetapi bisa membantu bagi yang sedang diet karena menjauhkan Anda dari khilaf dan kalap. Hehehe
Recent Comments